Pangandaran merupakan wilayah pesisir pantai dibawah pemerintahan kabupaten ciamis yang terkenal akan keindahan pantainya. Dan perjalanan iseng saya mencapai ke tempat tersebut.
Sampai di Cileu 4 April 2008
Saya berangkat dari sekretariat ASTACALA (tempat saya bernaung) di Bandung pukul 14.45 wib tepatnya. Saya bertiga bersama engkong dan yovi. Yah namanya juga iseng jadi orang yang berangkat pun yang ada di sekre waktu itu, kami putuskan untuk naik bus jurusan Bandung-Pangandaran tapi permasalahannya adalah untuk mencapai terminal jurusan ke timur sangat jauh dari tempat kami. Akhir di putuskanlah naik angkutan dulu dari jembatan tol Buah Batu (maaf ya om Jasa Marga, abisnya tempat ini memang favorit jadi halte bagi penumpang dari daerah kami,hehe) ke Cileunyi, dmn ujung dari jalan tol dari daerah barat ke timur sebelum nyambung lagi di Cirebon.nyi ongkos yang biasa 3rb jadi 5rb per orangnya,entah kami ditipu atau kami memang bodoh,dan ternyata bus jurusan Bandung-Pangandaran yang di monopoli oleh perusahaan jasa angkutan Budiman tidak bisa menaikkan penumpang kecuali dari pos kontrolnya(yah beginilah nasib perjalan iseng kan nggak mencari data dengan serius, cuma asal berangkat). Sialllll,,,,,, dan lebih sial lagi kami harus naik angkutan lagi menuju pos terdekat dengan biaya @3rb, seharusnya langsung aja turun di pos saat naek angkutan yang pertama, kalo tau masalahnya.....hehe, akhirnya dapatlah kami bus jurusan Pangandaran dengan ongkos jalan 26rb perorangnya.
Singkat cerita kami udah nyampe di Pangandaran, di daerah pantainya yang pasti pada pukul 21.25 wib. Coba bayangkan, hahaha... Kami langsung ditawari penginapan oleh para para calo yang berkeliaran, padahal dari awal kami memang niat tidur di tenda alias nge camp. karena belum makan malam saya dan teman2 langsung mencari warung seafood, yang memang salah satu tujuan saya ke Pangandaran. Tapi karena cukup malam kami datang rumah makan yang masih buka pun ternyata ada di lain sisi pantai yaitu pantai timur, di kawasan pasar ikan. Saya gambarkan sedikit nih, kawasan wisata Pangandaran terbagi jadi 3. Ada pantai barat yang merupakan pantai yang berpasir dan sebagai tempat berenang, pantai timur adalah pantai yang tidak ada pasirnya alias dibangun pemecah ombak untuk anti abrasi dengan banya penginapan ekslusif di sepanjan pantainya, dan kawasan taman wisata alam yang berbatasan langsung dengan cagar alam. Cagar alam itu sendiri terletak di ujung Pangandaran yang merupakan tanjung. Dan waktu itu kami berada di pantai barat, alhasil untuk mencapai pasar ikan kami jalan kaki dengan penuh semangat dan harapan. Tapi memang agak sial perjalanan kami itu di sana ikannya sudah tidak segar lagi, yang kan dapetnya ikan sisa gitu, ya udahlah yang penting makan seafood. Setelah usai makan kami pergi ke pantai barat lagi untuk mencari tempat camp di pinggir pantai. Sesampai di pantai bersantai sambil menikmati bintang diiringi deru deburan ombak dan angin serta secangkir kopi memang sangat nyaman dan indah, kemudian dome telah berdiri dan I time to sleep.
5 April 2008
Tiba tiba suara hujan dan tetesan air membasai muka, sial ternyata di luar hujan deras sekali, dan memang lebiih sial lagi dome yang kami bawa dan dirikan adalah dome summer saat itu waktu menunjukan pukul 3.00 wib. Walaupun kami sudah siap membawa flysheet untuk menutup dome tapi tidak kami lakukan saat mendirikannya. Akhirnya tidak lama hujan berhenti dan tidur kami tidak nyaman.
Pagi pun datang dengan gerimis masih mengiringi, karena tidak ingin menjadi tontonan segeralah kami membongkar tenda dan packing kemudian menikmati kopi. Setelah makan bubur ayam sebagai sarapan kami segeralah kami bermain ke pantai lagi. Selang berapa menit kami di pantai seorang pengemudi perahu menawarkan jasanya untuk menuju pantai pasir putih Pangandaran.
Nah disini sebenarnya untuk mencapai pantai pasir putih tidak perlu naik perahu karena pantai pasir putihnya berada pada kawasan taman wisata alam yang bisa masuk melalui gerbang di ujung jalan pantai timur Pangandaran, kalau naik perahu nanti bisa kena tipu tentang biayanya, dan lagi pasti ditawari untuk melihat objek patung alam yang konon katanya itu patung Raja Mantri anak dari Ratu Roro Kidul. Tetapi karena kami bertiga tidak tau masalah ini kami naik perahu dengan biaya 40rb untuk tiga orang. Padahal patung alamnya tidak bisa dilihat dekat, dan dilihat dari jauh seperti orang menghadap ke barat tapi saat didekati rata dengan tanah makanya di namai patung alam. Menurut saya sih itu masalah sudut pandangnya aja, karena letak batu tersebut persis di depan tebing, dan saat melihat dari jauh sudut pandang kita berada pada samping agak belakang tebing, dan saat mendekat (bukan sangat dekat, karena memang perahu tidak bisa mendekat lantaran laut lepas) sudut pandang kita bisa melihat depan tebing, dengan kata lain tonjolan batu tidak terlihat karena di latar belakangi tebing batu juga. Di pantai pasir putih sendiri bisa masuk ke wilayah Taman Wisata Alam yang di dalamnya banyak terdapat monyet ekor panjang (macaca fasicularis), rusa, ada juga lutung dan banyak jenis flora yang sudah di identifikasi agar para pengunjung tahu. Disana juga terdapat air terjun dan gua jepang (dahulu katanya dibuat untuk perlindungan). Untuk bisa mengetahui detail tentang objek apa saja yang bisa dinikmati pengunjung, dapat bertanya di kantor cabang Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang terletak di dekat pintu masuk TWA atau menghubungi para kader konservasi yang menjadi pemandu wisata di tempat tersebut. Tapi ada biayanya bila dengan pemandu wisata, kalo ga salah sih 25 rb.
Pukul 12.00 kami berjalan menuju pintu utama kawasan wisata Pangandaran karena akan pulang ke Bandung. Tidak lupa singgah di masjid agung sekaligus bersih bersih dan istirahat sejenak karena udara di Pangandaran sangat panas, mungkin mencapai 28-29˚ C. Setelah itu perjalanan ke Bandung dengan bus Budiman yang berangkat dari terminal pukul 14.00 wib dan sampai sekretariat ASTACALA di Bandung pukul 21.30 wib dengan selamat (tetapi berkurang uang 120rb per orangnya)