Sabtu, 26 April 2008

Pendakian Gn. Gede-Pangrango 17-20 April 2008 (Cibodas – Gn.Putri)

Taman Nasional Gede Pangrango, begitu sering disebut oleh masyarakat. Namun saat tanggal 18 april saat penggambilan surat ijin, ternyata sudah naik derajat menjadi balai konservasi. Pendakian saya ini sebenarnya salah satu tugas teman saya, untuk memenuhi pengalaman sebagai coordinator perjalanan, saat sidang anggota penuhnya.

Kantor Balai Konservasi Gn.Gede - Pangrango



Berawal dari Bandung, tepatnya secretariat
ASTACALA, pukul 16.30 wib. Karena angkutan menuju terminal leuwi panjang yang selalu rame maka kami baru sampai di terminal pukul 17.10 wib. Kemudian segera mencari bus jurusan bogor via puncak dan turun di pertigaan Cimacan, Jn raya Cipanas. Karena uang pas-pasan kami naik bus ekonomi dengan biaya 12ribu/org (term.Leuwipanjang - Cimacan). Sesampai di pertigaan tersebut kami berhenti sejenakuntuk mengisi perut karena saat itu pukul 20.45. Kemudian untuk mencapai kantor balai konservasi Cibodas harus menumpang angkutan dengan biaya 3ribu/org. Dan karena sudah malam pula maka kantor tutup dan kami tidak dapat mengurus surat ijin untuk masuk ke dalam kawasan TNGP, kami kira kantor ini buka 24 jam karena jadi satu dengan pos pendakian, ternyata tidak. Untuk melakukan pendakian di Gn gede-pangrango harus dengan ijin dari kantor balai, waktu maksimal dalam peraturan 2 hari 1 malam dengan biaya 7rb/org. Tidak boleh membawa senjata tajam kecuali pisau lipat, itupun dibatasi jumlahnya, jika berlebihan akan di sita di pos pendakian.

Esok harinya, pukul 8 pagi kami mengurus surat perijinan tersebut(karena memang baru buka pukul 8). Perlu diketahui sebaiknya proses mengurus perijinan ini dilakukan maksimal 1 hari sebelumnya, karena prosesnya cukup memakan waktu, sekitar 2 jam, itu bias menyebabkan rencana operasional yang sudah kita rancang matang-matang jadi molor. Karena hal itu pula kami baru bisa memulai perjalanan pukul 10.00 yang rencana pukul 6 pagi.

Pendakian kami melalui jalur cibodas kemudian turun melalui jalur Gn.Putri . Sepanjang jalur cibodas, karena merupakan jalur wisata maka jalurnya cuku besar. Ada objek-objek menarik di sepanjang jalur tersebut. Yang pertama di temui (apabila perjalanan naik) adalah Telaga Biru, pukul 10.45 kami mencapainya. Lalu jembatan kayu yang panjang berfungsi untuk memudahkan melewati area rawa. Beberapa menit setelah itu akan melewati air terjun air panas. Kemudian air terjun air dingin yang cukup indah.


Belakang saya air terjun air dingin


Kami mencapai kandang badak(sebutan pertigaan jalur naik ke puncak pangrango dan puncak gede) pukul 15.10 dan bermalam di daerah ini. Rencana kami bermalam di lembah mandalawangi karena molor untuk mengurus surat maka meleset dari rencana.

Pukul 6.10 kami summit attack ke puncak Pangrango, puncak kami datangi 2 jam 20 menit kemudian. Dan menikmati sarapan di lembah mandala wangi (tempat favorit Soe Hok Gie dan Mapala UI).

Breakfast di Mandala Wangi

Kemudian turun lagi menuju kandang badak selama 1,5 jam. Di kandang badak setelah makan siang kami berangkat menuju puncak gede, tepatnya pukul 13.10. Dan mencapai puncak pukul 15.15. Setelah istirahat, foto-foto dan menikmati puncak, kami turun ke lembah surya kencana(15.45 – 16.30) dan bermalam di sana.

Pagi tanggal 20 April 2008 pukul 04.10, berdua dengan engkong (karena yang lain ga mau ikut), melakukan summit attack lagi ke puncak Gede untuk menikmati indahnya matahari terbit dan pemandangan alam buatan Yang Maha Esa yang tiada bandingnya.

06.50 kami turun lagi ke surya kencana, dan 09.20 turun melalui jalur Gn.Putri. Sesampainya di pos pendakian (13.15) barang barang kami di periksa, setelah itu kepala penjaga minta sumbangan dana untuk kegiatan para sukarelawan TNGP wilayah Gn.Putri, saat itu kami hanya member 10 rb rupiah.

Untuk turun ke jalan raya Cipanas kami naik angkot denga ongkos 3rb/org. Kemudian dari Sukatani ke Bandung numpang bus JakartaBandung (eko. Via puncak) dengan biaya 15rb/org. pukul 19.35 kami sampai dengan selamat di Sekretariat ASTACALA tercinta.



Selasa, 08 April 2008

going to pangandaran

Pangandaran merupakan wilayah pesisir pantai dibawah pemerintahan kabupaten ciamis yang terkenal akan keindahan pantainya. Dan perjalanan iseng saya mencapai ke tempat tersebut.



Sampai di Cileu

4 April 2008

Saya berangkat dari sekretariat ASTACALA (tempat saya bernaung) di Bandung pukul 14.45 wib tepatnya. Saya bertiga bersama engkong dan yovi. Yah namanya juga iseng jadi orang yang berangkat pun yang ada di sekre waktu itu, kami putuskan untuk naik bus jurusan Bandung-Pangandaran tapi permasalahannya adalah untuk mencapai terminal jurusan ke timur sangat jauh dari tempat kami. Akhir di putuskanlah naik angkutan dulu dari jembatan tol Buah Batu (maaf ya om Jasa Marga, abisnya tempat ini memang favorit jadi halte bagi penumpang dari daerah kami,hehe) ke Cileunyi, dmn ujung dari jalan tol dari daerah barat ke timur sebelum nyambung lagi di Cirebon.nyi ongkos yang biasa 3rb jadi 5rb per orangnya,entah kami ditipu atau kami memang bodoh,dan ternyata bus jurusan Bandung-Pangandaran yang di monopoli oleh perusahaan jasa angkutan Budiman tidak bisa menaikkan penumpang kecuali dari pos kontrolnya(yah beginilah nasib perjalan iseng kan nggak mencari data dengan serius, cuma asal berangkat). Sialllll,,,,,, dan lebih sial lagi kami harus naik angkutan lagi menuju pos terdekat dengan biaya @3rb, seharusnya langsung aja turun di pos saat naek angkutan yang pertama, kalo tau masalahnya.....hehe, akhirnya dapatlah kami bus jurusan Pangandaran dengan ongkos jalan 26rb perorangnya.

Singkat cerita kami udah nyampe di Pangandaran, di daerah pantainya yang pasti pada pukul 21.25 wib. Coba bayangkan, hahaha... Kami langsung ditawari penginapan oleh para para calo yang berkeliaran, padahal dari awal kami memang niat tidur di tenda alias nge camp. karena belum makan malam saya dan teman2 langsung mencari warung seafood, yang memang salah satu tujuan saya ke Pangandaran. Tapi karena cukup malam kami datang rumah makan yang masih buka pun ternyata ada di lain sisi pantai yaitu pantai timur, di kawasan pasar ikan. Saya gambarkan sedikit nih, kawasan wisata Pangandaran terbagi jadi 3. Ada pantai barat yang merupakan pantai yang berpasir dan sebagai tempat berenang, pantai timur adalah pantai yang tidak ada pasirnya alias dibangun pemecah ombak untuk anti abrasi dengan banya penginapan ekslusif di sepanjan pantainya, dan kawasan taman wisata alam yang berbatasan langsung dengan cagar alam. Cagar alam itu sendiri terletak di ujung Pangandaran yang merupakan tanjung. Dan waktu itu kami berada di pantai barat, alhasil untuk mencapai pasar ikan kami jalan kaki dengan penuh semangat dan harapan. Tapi memang agak sial perjalanan kami itu di sana ikannya sudah tidak segar lagi, yang kan dapetnya ikan sisa gitu, ya udahlah yang penting makan seafood. Setelah usai makan kami pergi ke pantai barat lagi untuk mencari tempat camp di pinggir pantai. Sesampai di pantai bersantai sambil menikmati bintang diiringi deru deburan ombak dan angin serta secangkir kopi memang sangat nyaman dan indah, kemudian dome telah berdiri dan I time to sleep.

5 April 2008

Tiba tiba suara hujan dan tetesan air membasai muka, sial ternyata di luar hujan deras sekali, dan memang lebiih sial lagi dome yang kami bawa dan dirikan adalah dome summer saat itu waktu menunjukan pukul 3.00 wib. Walaupun kami sudah siap membawa flysheet untuk menutup dome tapi tidak kami lakukan saat mendirikannya. Akhirnya tidak lama hujan berhenti dan tidur kami tidak nyaman.

Pagi pun datang dengan gerimis masih mengiringi, karena tidak ingin menjadi tontonan segeralah kami membongkar tenda dan packing kemudian menikmati kopi. Setelah makan bubur ayam sebagai sarapan kami segeralah kami bermain ke pantai lagi. Selang berapa menit kami di pantai seorang pengemudi perahu menawarkan jasanya untuk menuju pantai pasir putih Pangandaran.

Nah disini sebenarnya untuk mencapai pantai pasir putih tidak perlu naik perahu karena pantai pasir putihnya berada pada kawasan taman wisata alam yang bisa masuk melalui gerbang di ujung jalan pantai timur Pangandaran, kalau naik perahu nanti bisa kena tipu tentang biayanya, dan lagi pasti ditawari untuk melihat objek patung alam yang konon katanya itu patung Raja Mantri anak dari Ratu Roro Kidul. Tetapi karena kami bertiga tidak tau masalah ini kami naik perahu dengan biaya 40rb untuk tiga orang. Padahal patung alamnya tidak bisa dilihat dekat, dan dilihat dari jauh seperti orang menghadap ke barat tapi saat didekati rata dengan tanah makanya di namai patung alam. Menurut saya sih itu masalah sudut pandangnya aja, karena letak batu tersebut persis di depan tebing, dan saat melihat dari jauh sudut pandang kita berada pada samping agak belakang tebing, dan saat mendekat (bukan sangat dekat, karena memang perahu tidak bisa mendekat lantaran laut lepas) sudut pandang kita bisa melihat depan tebing, dengan kata lain tonjolan batu tidak terlihat karena di latar belakangi tebing batu juga. Di pantai pasir putih sendiri bisa masuk ke wilayah Taman Wisata Alam yang di dalamnya banyak terdapat monyet ekor panjang (macaca fasicularis), rusa, ada juga lutung dan banyak jenis flora yang sudah di identifikasi agar para pengunjung tahu. Disana juga terdapat air terjun dan gua jepang (dahulu katanya dibuat untuk perlindungan). Untuk bisa mengetahui detail tentang objek apa saja yang bisa dinikmati pengunjung, dapat bertanya di kantor cabang Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang terletak di dekat pintu masuk TWA atau menghubungi para kader konservasi yang menjadi pemandu wisata di tempat tersebut. Tapi ada biayanya bila dengan pemandu wisata, kalo ga salah sih 25 rb.

Pukul 12.00 kami berjalan menuju pintu utama kawasan wisata Pangandaran karena akan pulang ke Bandung. Tidak lupa singgah di masjid agung sekaligus bersih bersih dan istirahat sejenak karena udara di Pangandaran sangat panas, mungkin mencapai 28-29˚ C. Setelah itu perjalanan ke Bandung dengan bus Budiman yang berangkat dari terminal pukul 14.00 wib dan sampai sekretariat ASTACALA di Bandung pukul 21.30 wib dengan selamat (tetapi berkurang uang 120rb per orangnya)