Selasa, 10 Juni 2008

kebudayaan Indis

Salah satu ragam kebuyaan indonesia yang menjadi kontroversi dan sering kali terlupakan. Sebenarnya saya juga baru mengetahui tentang hal ini dan bisa dibilang tidak paham betul, baru menemukan bukunya saat mencari cari buku bacaan di perpustakaan sekretariat ASTACALA. Saat membaca judulnya "kebudayaan indis dan gaya hidup masyarakat pendukung di jawa" Prof. DR. Djoko Soekiman . Buku tersebut mengulas kebudayaan Indonesia yang berkembang di jawa abad XVIII - pertengahan abad XX, dari segi umur memang tidak bisa dibandingkan dengankebudayaan kebudayaan lain di Indonesia tapi pengaruhnya dalam kehidupan tidak kalah dengan budaya keagamaan secara gaya hidup.
Merebaknya sikap ketidakadilan serta pelanggaran hak-hak manusia yang dilakukan oleh kaum penjajah Belanda, ternyata pada waktu itu terjadi pula proses pembentukan kebudayaan yang khas. Budaya Indis merupakan perpaduan antara budaya barat dan unsur-unsur budaya timur, khususnya Jawa.
Contoh hasil budaya ini antara lain adalah penggunaan perabotan rumah seperti kursi, meja, lemari dan tempat tidur baru dikenal setelah orang Eropa ke Indonesia, orang pribumi pada saat itu hanya mengenal amben(seperti panggung) yang digunakan untuk makan tidur dan bersantai bersama, namun penggunaannya diperkenalkan oleh Belanda pada khususnya dan di pakai seperlunya oleh orang pribumi yang kemudian dimanfaatkan sebagai mata pencaharian dengan pembuatan perabotan rumah tangga sesuai bentuk eropa disisipi oleh desain desain seni indonesia yang dibuat dari bahan kayu jati berkualitas baik yang merupakan kebiasaan orang pribumi yang turun menurun mengenai perabotan rumah tangga.
Contoh lain adalah penggunaan istilah istilah bahasa belanda dalam kehidupan sehari hari, seperti verbodeen dan masih banyak lagi...
Yah sekedar berkomentar saja, hal Kebudayaan Indis termasuk ragam budaya Indonesia yang perlu memperoleh perhatian yang lebih agar hasil kebudayaannya seperti kemeja batik dan mebel ukiran tidak dijadikan hak paten oleh negara lain. Apabila kita mengetahui latar belakang barang barang hasil budaya, tidak mungkin perdebatan pemilikan kebudayaan seperti reog terjadi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar